Indonesia sebagai bangsa berjuta cita dan asa . Cipta, Rasa dan Karsa sebagai Tridaya Nusantara, mutlak menjadi identitas serta pendirian bangsa yang digdaya. Ukiran tinta emas kita adalah sebagai satu-satunya Negara dengan ribuan suku budaya dan hasil karya warisan seni dan sastra yang tak ternilai harganya. Salah satunya adalah Batik.
Dengan segala kekayaan motifnya, Tercatat beribu motif yang hingga saat ini semakin berkembang dari tangan dingin para pegiat batik di Indonesia khususnya di Ranah Jawa. Hal ini merupakan gambaran harkat dan martabat bangsa.
Tidak hanya motif Swastika, Parang, Mega Mendung, Sekar jagad, Sidomukti dan Kraton saja, para pelopor batik kini semakin tumbuh dewasa dengan hasil karya dari banyaknya filosofi serta makna tersirat yang tertuang manis dan penuh puji syukur akan indahnya nusantara.
Pengakuan UNESCO yang menyatakan batik sebagai warisan dunia, merupakan visualisasi betapa mahalnya hasil karya kita. Alhasil, UNESCO pun menetapkan tanggal 2 Oktober 2009 lalu sebagai Hari Batik Nasional sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Sedikit flashback ke raja-raja yang Loh Jinawi pada jamannya, batik merupakan wujud kedewasaan sikap yang dituangkan sebagai “the Masterpiece” contohnya Kerajaan Majapahit (pelopor) pada abad 17 dimana saat itu para maestro batik karisidenan, membuat motif binatang dan tanaman yang maksudnya sebagai wujud kemakmuran Trah Raden Wijaya. Pada awal masa terciptanya, pembuatan batik memerlukan keterampilan khusus dan bernilai “Adiluhung” (seni budaya bernilai tinggi). Corak-corak indah pada batik saat itu yang juga menyimpan makna tentang catatan sejarah kejayaannya.
Hingga kini batik tidak hanya sebagai baju dinas dan baju seragam sekolah saja, namun kini hadir dengan kolaborasi tren fesyen global dari hasil para Pen-Canting yang bahkan selevel Tom Cruise, Kate Middleton, Nelson Mandela, Bill Gates dan Barrack Obama pun mengenakannya.AMD/nug
No comments:
Post a Comment